![]() |
Pic Pixabay |
Saya merenungkan suatu hal yang aneh sekaligus mengagumkan. Jasmani manusia yang semula gagah perkasa itu perlahan berubah menjadi tua renta. Akal pastilah bertanya, mengapa hal itu mesti terjadi. Apakah rahasia/hikmah di baliknya? Akal lalu diberi tahu bahwa kelak ia akan berpulang ke tempat yang abadi.
Struktur alam semesta ini diciptakan sebagai jembatan menuju pengetahuan. Akal menyadari makna semua itu melihat banyak hal yang jauh lebih mengagumkan. misalnya, seorang anak muda telah dipanggil Allah saat ia mencapai puncak masa remajanya. Yang lebih aneh adalah direngkuhnya seorang anak kecil oleh Allah subhanahu wata'ala dari pangkuan ayah dan ibunya di saat ia berada dalam ayunan, padahal saat itu ia belum menunjukkan suatu hal yang negatif dan Allah tidak memiliki kepentingan apa-apa dengan diambilnya anak itu dari kedua orang tuanya. Saat itu, pastilah mereka amat membutuhkan kehadiran sang anak.
Akan tetapi, yang lebih sulit dipahami adalah bahwa Allah masih membiarkan orang-orang tua yang sudah tidak lagi mengerti mengapa mereka masih hidup di dunia ini, padahal keberadaanya di dunia kini tak lebih dari sekedar penderitaan. Yang senada dengan itu adalah dirampasnya harta dari orang-orang mukmin yang bijak dan dilimpahkannya harta itu secara luas kepada orang-orang kafir dan jahil. akal kesulitan untuk menemukan alasan-alasan rasional dari peristiwa itu.
Masih terus merenungkan seumlah tanggung jawab syariat yang dibebankan oleh manusia (taklif). Ketika akal ini tidak lagi mampu menggapai hikmah di balik semua peristiwa itu, saya sadar bahwa akal sangatlah terbatas. Oleh karena itu, banyak kewajiban syariat yang tidak perlu dan tidak dapat pertanyakan. Akal akhirnya menyadari betapa nyatanya hikmah Sang Khaliq yang menyertainya segala ciptaan-Nya. Lantas, patutkan kita mengingkari kebesaran Allah yang terlihat di balik segala hikmah-Nya? Akal akan berkata "Äku mengetahui dengan pasti bahwa Dia sangatlah Bijaksana, sedangkan aku sangatlah lemah untuk mengetahui segala musabah, maka aku dengan tulus menaati apa yang Dia perintahkan".
catatan dari Shaidul Khatir karya imam ibnul jawzy