Find out our product. Here!

Bias Standar Etika Komunikasi dalam Term 3 Kata Ajaib: Maaf, Tolong, Terima Kasih

Maaf, tolong, dan terima kasih, tak jarang kita mendenghar tiga kata tersebut yang dianggap sebagai jurus jitu dalam berkomunikasi. Tiga kata yang bi

Maaf, tolong, dan terima kasih, tak jarang kita mendenghar tiga kata tersebut yang dianggap sebagai jurus jitu dalam berkomunikasi. Tiga kata yang bisa juga disebut sebagai term kata ajaib ini umum disertakan dalam komunikasi verbal, baik lisan maupun tertulis. Penerapan tiga kata ajaib ini umum dianggap sebagai suatu standar etika kesopanan dalam berkomunikasi antar individu, dan banyak di tengah masyarakat yang menyetujui hal tersebut.

Penggunaan maaf, tolong, dan terima kasih menjadi suatu hal yang dibiasakan dalam berbicara agar dinilai sopan dan beretika. Sejatinya, tidak ada yang salah dalam penerapan term 3 kata ajaib ini. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa ditemukan di masyarakat adanya pembiasan standar etika dalam penerapan kata maaf, tolong, dan terima kasih sebab ditempatkan pada konteks yang keliru.

Berbicara mengenai komunikasi, maka dapat diketahui bahwa inti komunikasi adalah tentang bagaimana seorang komunikator dapat menyampaikan pesan pada komunikan, baik dengan atau tanpa adanya timbal balik.

Komunikasi yang baik harus bisa menyampaikan pesan dengan benar. Adanya penerapan etika komunikasi ini akan memudahkan dalam membangun perspektif emosional agar pesan efektif tersalurkan.

Penerapan Etika dalam Berkomunikasi

Ketika seorang individu hendak melakukan interaksi dengan orang lain, maka penting untuk dipahami tentang pentingnya peran gaya berkomunikasi dalam membangun hubungan dan tingkat kesuksesan penerimaan pesan. Penerapan etika komunikasi pada orang-orang yang telah memiliki intensitas hubungan yang sangat dekat mungkin cenderung lebih fleksibel pada standar etika.

Namun, berbeda dengan komunikasi formal dan komunikasi dengan orang asing dan selain orang terdekat, maka penerapan etika bersifat sangat tegas untuk dipatuhi.

Etika dalam berkomunikasi dapat menjadi hal yang riskan pada penerapannya. Heterogenitas latar belakang dari pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi dapat memicu munculkan perbedaan pemahaman dalam menilai etika dan kesopanan.

Munculnya term tiga kata ajaib berupa kata maaf, tolong, dan terima kasih ini dinilai mampu mereduksi adanya kesalahan dalam memahami pesan yang disampaikan komunikator. Term 3 kata ajaib ini telah menjadi standar etika tak baku yang diterapkan di sebagian masyarakat.

Melihat dampak penggunaan term 3 kata ajaib yang diyakini mampu mereduksi potensi konflik dalam penerimaan pesan, maka tentu tidak ada salahnya jika kita menerapkan term ini dalam aktivitas komunikasi yang dilakukan.

Namun, sayangnya tak sedikit pula ditemui di masyarakat akan penggunaan term 3 kata ajaib ini dalam konteks yang keliru dan menjadi tameng pelindung tindakan tak beretika para subjek saat melakukan aktivitas komunikasi.

Bias Standar Etika Term 3 Kata Ajaib

Penggunaan term 3 kata ajaib pada konteks yang keliru menjadikan kekuatan dari kata tersebut memudar. Hal ini disebabkan oleh adanya aktivitas interpretasi pesan ketika manusia saling berkomunikasi. Tidak hanya berpacu pada teks atau kalimat verbal yang disampaikan, tetapi konteks pesan yang dikirim juga sangat berpengaruh pada bentuk pemahaman akan suatu pesan.

Kesalahan penempatan konteks pada penggunaan term 3 kata ajaib ini seringkali ditemukan di masyarakat. Sebagai contoh, A memesan makanan sahur melalui aplikasi berbasis online pada waktu 20 menit menjelang imsyak. Pada saat periode order baru berjalan 5 menit, A menghubungi petugas pesan antar agar makanannya segera dikirimkan sebab waktu sahur semakin mendekati habis. Anggap saja pesan tersebut memiliki redaksi seperti ini: “Maaf Pak, tolong cepat diantar ya makannya, atau kalau terlambat bakal saya batalkan pesanan ini! Terima kasih”.

Dalam redaksi tersebut telah menggunakan term 3 kata ajaib. Namun, apakah pesan tersebut dapat dianggap beretika? Belum tentu, Kawan Elgharuty!

Konteks pesan yang dikirim oleh si A pada petugas pesan-antar di dalam cerita di atas tidak mencerminkan adanya sikap tenggap dan menghargai orang lain. A dengan sengaja menunjukkan sisi egoisnya, sebab ia ingin dilayani prima tanpa mau memikirkan kondisi yang sedang dialami petugas. Pada waktu pemesanan yang mendekati berakhirnya waktu sahur, maka A mestinya sadar bahwa bukan hanya dia yang dilayani oleh restaurant tempatnya memesan makanan.

Bahkan, ancaman untuk membatalkan pesanan juga merepresentasikan sikap egois dan tidak berempati, meski secara sistem bisa saja hal tersebut tidak salah. Konteks pesan yang disampaikan oleh A tetap berpotensi memicu konflik dan dianggap sebagai tindakan tidak beretika meski telah menerapkan kata maaf, tolong, dan terima kasih.

Nah, dari contoh di atas dapat direnungi bahwa tanpa disadari bisa saja kita tengah melukai perasaan orang lain dengan kalimat yang dirangkai meski di dalamnya telah mengandung 3 kata ajaib. Karenanya, dalam berkomunikasi penting untuk memahami inti pesan yang akan disampaikan.

Tidak semua kalimat yang mengandung term 3 kata ajaib dapat dianggap sopan dan beretika. 3 kata ajaib tak lebih dari sebatas diksi pemanis dalam redaksi pesan yang disampaikan. Inti kesopanan dan etika tetap berada pada isi pesan dan cara penyampaiannya.

Standar etika komunikasi pada penggunaan term 3 kata ajaib ini menjadi bias ketika banyak di tengah masyarakat orang yang menjadikannya sebagai tameng untuk pembelaan dari tindakan yang keliru dalam berkomunikasi.

Sebab pada dasarnya nilai etika tetap berada pada isi pesan dan cara penyampaiannya, meski tanpa disertai 3 kata ajaib. Di sini, mudah untuk dipahami bahwa tak semua kalimat menjadi otomatis beretika dan layak diutarakan hanya dengan menambahkan term tersebut.

Berdasar pengalaman Kawan Elgharuty, pernah gak sih merasa tidak nyaman dan minim penghargaan ketika berkomunikasi dengan orang yang menggunkan term 3 kata ajaib? Jika pernah, mungkin mereka adalah bagian dari orang-orang yang menempatkan 3 kata ajaib ini pada sebagai standar etika yang mengalami pembiasan. Yuk, ceritakan di kolom komentar!

Additional article by Agung Zakaria (instagram.com/ag._.ng)
Read Also :
Holla, we share any interesting view for perspective and education sharing❤️

Post a Comment

© elgharuty. All rights reserved. Developed by Jago Desain