Find out our product. Here!

Gara-gara tanaman, lahir kabupaten garut! Ini sejarah singkatnya.

Pada tahun 1808 seorang bernama Herman Willem Daendels (1762-1818) tiba di Jawa dengan penuh percaya diri. Sebagai Gubernur Jenderal, ia mengemban tugas penting untuk membangun kembali kekuasaan Belanda di Jawa setelah VOC (Vereeniging Oost-Indische Compagnie) bangkrut karena berbagai macam kelalaian.
Meester in de Rechten Herman Willem Daendels


Deandels kala itu diharapkan bisa menjaga jawa sebagai sumber keuangan setelah kekalahan dan ancaman britania. Demikian sebaliknya, kedatangannya justru menjadi mimpi buruk bagi Bupati Limbangan -RAA Adiwijaya (1813-1831).

Daendels menganggap bahwa kabupaten limbangan hanya berupa kawasan pedalaman yang tak memiliki arti apa-apa, komoditas kopi pun mengalami penurunan hingga titik paling rendah nol dan bupatinya menolak perintah menanam nila (indigo) *penanaman kopi di Limbangan pada periode sebelumnya bisa mencapai 346.320 pohon. Belum diketahui faktor penyebab penanaman kopi bisa menurun separah itu. Tidak berartinya Kabupaten Limbangan mendorong Daendels untuk membubarkannya. Akhirnya lewat reformasi birokrasi itu Deandels (sebelumnya telah disepakati) melakukan penataan ulang terhadap kabupaten-kabupaten di Priangan menjadi lebih sederhana. Semakin efektif pemerintahan, maka semakin banyak laba yang didapatkan.

Wilayah priangan pemasok kopi

Pada tanggal 16 Pebruari 1813, Letnan Gubernur di Indonesia yang pada waktu itu dijabat oleh Raffles, telah mengeluarkan Surat Keputusan tentang pembentukan kembali Kabupaten Limbangan yang beribukota di desa Suci. Namun dengan berbagai pertimbangan kembali, keberadaan Suci dinilai tidak memenuhi persyaratan sebab daerah tersebut memiliki kawasan cukup sempit.

Berkaitan dengan hal tersebut, Bupati Limbangan Adipati Adiwijaya (1813-1831) membentuk panitia untuk mencari tempat yang cocok bagi Ibu Kota Kabupaten. Pada awalnya, panitia menemukan Cimurah, sekitar 3 Km sebelah Timur Suci (Saat ini kampung tersebut dikenal dengan nama Kampung Pidayeuheun). Akan tetapi di tempat tersebut air bersih sulit diperoleh sehingga tidak tepat menjadi Ibu Kota. Selanjutnya panitia mencari lokasi ke arah Barat Suci, sekitar 5 Km dan mendapatkan tempat yang cocok untuk dijadikan Ibu Kota. Selain tanahnya subur, tempat tersebut memiliki mata air yang mengalir ke Sungai Cimanuk serta pemandangannya indah dikelilingi gunung, seperti Gunung Cikuray, Gunung Papandayan, Gunung Guntur, Gunung Galunggung, Gunung Talaga Bodas dan Gunung Karacak.

Saat ditemukan mata air berupa telaga kecil yang tertutup semak belukar berduri (Maranta arundinacea), seorang panitia "kakarut" atau tergores tangannya sampai berdarah. Dalam rombongan panitia, turut pula seorang Eropa yang ikut membenahi atau "ngabaladah" tempat tersebut. Begitu melihat tangan salah seorang panitia tersebut berdarah, langsung bertanya : "Mengapa berdarah?" Orang yang tergores menjawab, tangannya "kakarut". Orang Eropa atau Belanda tersebut menirukan kata kakarut dengan lidah yang tidak fasih sehingga sebutannya menjadi "gagarut".

(Maranta arundinacea)

Sejak saat itu, para pekerja dalam rombongan panitia menamai tanaman berduri dengan sebutan "Ki Garut" dan telaganya dinamai "Ci Garut". (Lokasi telaga ini sekarang ditempati oleh bangunan SLTPI, SLTPII, dan SLTP IV Garut). Dengan ditemukannya Ci Garut, daerah sekitar itu dikenal dengan nama Garut.. Cetusan nama Garut tersebut direstui oleh Bupati Kabupaten Limbangan Adipati Adiwijaya untuk dijadikan Ibu Kota Kabupaten Limbangan.
kabupaten Garut terus bertahan hingga sekarang hingga 207 tahun, tepatnya dari tahun 1813.

References 
https://www.garutkab.go.id/page/sejarah-singkat
Wikipedia 
https://garoetpos.com/tanpa-gubernur-jenderal-raffles-tidak-mungkin-ada-kabupaten-garut
https://www.forda-mof.org/berita/post/3433
https://masalewat.home.blog/2020/03/04/mengapa-daendels-bubarkan-limbangan/

Read Also :
Holla, we share any interesting view for perspective and education sharing❤️

Post a Comment

© elgharuty. All rights reserved. Developed by Jago Desain